BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak tahun 1970-an, pandangan
struktural dan audiolingual mengenai pendekatan dalam pembelajaran bahasa mulai
tergeser oleh pendekatan baru, yaitu pendekatan komunikatif. Asumsi belajar
bahasa yang ditawarkan oleh pendekatan komunikatif adalah belajar
berkomunikasi. Pembelajaran bahasa di sekolah diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi lisan dan tulisan. Bahasa sebagai sarana
komunikasi digunakan dalam beragam fungsi dan disajikan dalam konteks yang
bermakna, tidak dalam bentuk kalimat lepas sehingga mampu mewujudkan orientasi
belajar-mengajar bahasa yang berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi.[1]
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah
untuk memeberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan pendekatan
komunikatif yang dipakai oleh guru-guru di sekolah-sekolah dalam, khususnya
dalam pembelajaran bahasa arab.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang
akan dibahas saat ini adalah sebagai berikut :
1. Latar
belakang metode komunikatif
2. Pendekatan komunikatif
3. Desain metode komunikatif
4. Prosedur pengajaran bahasa komunikatif
5. Keunggulan dan kelemahan metode komunikatif
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya
Metode Komunikatif
Metode komunikatif dikenal juga dengan Pendekatan
Komunikatif (al-Madkhaal al-Ittisahaatiy/comunicative approach) dan Bahasa
Komunikatif. Metode ini mulai berkembang bertepatan dengan terjadinya beberapa
perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di inggris pada tahun 1960-an,
bersamaan dengan ditolaknya pendekatan Metode Audiolingual di Amerika.
Para praktisi merasa tidak puas karena para
pelajar, setelah belajar beberapa tahun, tetap belum lancar berkomunikasi dalam
bahasa target. Sedangkan para ahli
linguistik mengecam dari sisi landasan teoritis. Seperti diketahui, pendekatan
audiolungual didasarkan atas teori bahasa strukturalisme dan behaviorisme.tokoh
linguistik Amerika Serikat, pencetus teori bahasa transformasi generatif, Noam
Chomsky, mengecam strukturalisme karena ia tidak mampu menunjukan
hubungan-hubungan yang berkaitan dengan makna, tidak mampu menunjukan hubungan
antar kalimat, hanya menyentuh struktur luar. Kenyataan bahwa kalimat-kalimat
yang pola dan struktur luarnya sama, ternyata mempunya makna yang berbeda.[2]
Chomsky juga
mengkritisi teori psikologi behavior dan menyatakan bahwa pembelajaran bahasa
tidak hanya ditentukan oleh faktor dari luar (eksternal), tetapi juga faktor
dari dalam (internal). Sebab, setiap manusia memiliki kemampuan belajar bahasa
yang dibawa sejak lahir yang disebut dengan jihâz iktisâb al-lughah atau
Language Acquistion Device
(LAD). Menurut Chomsky, proses belajar bahasa adalah proses pembentukan kaidah
(rule formation process), bukan proses pembentukan kebiasaan (habit formation process). Ia berpendapat bahwa manusia memiliki
apa yang disebut “innate capacity”, suatu kemampuan untuk memahami dan
menciptakan ungkapan-ungkapan baru.[3]
Pada tahun-tahun
berikutnya, muncullah nama-nama seperti Wilkins(1976), Widdoson (1978), Candlin
(1976, Brumfit (1979), Savigon (1972), dan Littlewood(1981), yang semuanya
memberikan pengaruh terhadap perkembangan teori – teori dan gagasan-gagasan
komunikatif dalam pengajaran bahasa.
Penerapan teori
dan gagasan serta prinsip-prinsip komunikatif yang dituangkan dalam buku teks
cepat sekali mendapat sambutan baik di kalangan para ahli pendidikan bahasa.
Pendekatan dengan penekanan pada prinsip-prinsip komunikasi sebagai tujuan
utama dalam pengajaran bahasa ini akhirnya disebut sebagai pendekatan
komunikatif atau pengajaran bahasa komunikatif.[4]
Lahirnya metode
komunikatif merupakan hasil dari sejumlah kajian tentang pemerolehan bahasa dan
berbagai penelitian mengenai pengajaran bahasa di Eropa dan Amerika. Meskipun
terdapat variasi dalam penerapannya, metode komunikatif tetap mempertahankan
karakteristik dasarnay, yaitu: a) kesenjangan informasi, b) pilihan, c) umpan
balik, dan d) bahan ajar otentik.
B. Pendekatan Komunikatif
Pada dasarnya,
pendekatan komunikatif adalah pendekatan pembelajaran bahasa yang lebih
menekankan pembelajaran pada penguasaan kecakapan berbahasa daripada penguasaan
struktur bahasa.[5]
1.
Hakikat Bahasa
Metode ini
berlandas pada teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi. Dengan demikian tujuan pengajaran bahasa adalah mengembangkan
apa yang disebut oleh hymes sebagai kopetensi komunikatif, yaitu kemampuan
menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan dan dalam berbagai situasi dan kondisi
(kharma, 1988:183). Dengan demikian penggunann bahasa tidak hanya terbatas pada
empat keterampilan berbahasa, tetapi mencangkup beberapa kemampuan dalam
kerangka komunikasi yang luas, sesuai dengan kemampuan dalam peran dan partisipasi
situasi dan interaksi.
Bagi
Chomsky, fokus teori linguistik adalah kermengkarakteristikkan kemampuan
abstrak yang dimilik oleh para penutur yang memudahkan mereka menghasilkan
kalimat-kalimat yang baik dan benar secara
Berbeda dengan Chomsky yang menekankan
pada gramatika, Halliday (1973) mendefinisikan bahasa sebagai potensi makna,
yakni seperangkat pilihan makna yang tersedia pada penutur-petutur dalam
konteks sosial. Bagi Halliday, bahasa merupakan sarana yang memiliki fungsi
di masyarakat. [6]
Adapun fungsi bahasa yang dimaksud menurut Halliday adalah:
1.
Fungsi instrumental, yaitu menggunakan bahasa untuk memperoleh sesuatu.
2.
Fungsi regulatori, yaitu menggunakan bahasa untuk mengontrol perilaku
orang
lain.
3.
Fungsi interaksional, yaitu menggunakan bahasa untuk menciptakan interaksi
dengan orang lain.
4.
Fungsi personal, yaitu menggunakan bahasa untuk mengungkapkan perasaan dan makna.
5.
Fungsi heuristik, yaitu menggunakan bahasa untuk belajar dan menemukan makna.
6.
Fungsi imajinatif, yaitu menggunakan bahasa untuk menciptakan dunia imajinasi.
2. Hakikat
Pembelajaran
Teori pembelajaran bahasa yang
melandasi metode ini dapat dilihat dari praktik pelaksanannya. Menurut Richards
dan Rodgers ada tiga prinsip pengajarn bahasa yang melandasi metode ini,
yaitu:
a.
Prinsip komunikasi (mabda’ al-ittishal/
communication principle) yang menyatakan bahwa semua kegiatan bahasa yang
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan komunikasi yang sebenarnya bisa
mempermudah terjadinya proses pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi
dan kemampuan berkomunikasi merupakan tujuan yang paling utama.
b.
Prinsip tugas (mabda’
al-muhimmat/task principle) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran bisa
berlangsung dengan baik apabila kegiatan-kegiatan berbahasa ditujukan kepada
penyelesaian tugas-tugas yang bermakna.
c.
Prinsip
kebermaknaan (mabda’ al-ma’nawiyah/meaningfulness principle) yang
menyatakan bahwa bahasa yang digunakan harus bisa memberi makna kepada siswa
untuk mendukung berlangsungnya proses pembelajaran.[8]
Makna yang
terkandung dalam pembelajaran sangatlah penting, orang karena itu guru harus
mengatur dengan berbagai cara agar pembelajaran menjadi suatu hal yang bermakna
bagi siswa.
C. Desain
Metode Komunikatif
Desain pengajaran bahasa secara komunikatif meliputi tujuan
pembelajaran, silabus, aktivitas belajar mengajar, dan peran siswa, guru, dan
bahan ajar.
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran bahasa pendekatan
komunikatif adalah mengantarkan siswa menuju pencapaian kompetensi berbahasa
dalam berbagai situasi. Menurut Canale & Swain (1980), tujuan pengajaran
bahasa komunikatif adalah memberikan siswa informasi, praktik, dan pengalaman
yang diperlukan untuk kepentingan komunikasinya. Pengajaran bahasa secara
komunikatif dapat membangkitkan kemampuan mencipta kalimat-kalimat gramatika,
kemampuan memasukkan aspek pragmatik ke dalam keterampilan berbahasa, dan
kemampuan menyesuaikan ujaran dengan komunikasi.
2. Model
Silabus
Silabus yang ideal untuk kelas kelas yang
menggunakan metode komunikatif yaitu silabus yang mempunyai 10 unsur, yaitu :
tujuan, latar, peranan, peristiwa-peristiwa komunikatif , fungsi bahasa,
nosi-nosi ( ide gagasan), wacana dan keterampilan retorik, varietas, isi/ bobot
gramatikal, dan isi/bobot leksikal.
3. Jenis
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan metode
komunikatif tidak dibatasi atau tidak ditentukan secara kaku selama jenis
kegiatan pembelajaran dan latihannya berorientasi pada pencapaian tujuan
komunikatif.
Kegiatan seperti ini meliputi kegiatan-kegiatan
yang mendorong siswa berpartisipasi dalam proses komunikasi seperti saling
memberi informasi dan saling menjelaskan maksud. Kegiatan siswa harus berfokus
pada makna ( ma’na/content) bukan pada bentuk (syakl/form). Siswa sebaiknya
menggunakan beragam bahasa tidak hanya satu struktur bahasa. Dan guru tidak
mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung.
4.
Peranan
Guru
Dalam metode komunikatif, sebagai fasilitator,
yakni membantu mempermudah jalannya komunikasi, guru juga berperan sebagai
analisis kebutuhan,manajer kegiatan kelompok,penasihat dan sebagai penghubung.
Sebagai seorang analisis. Guru bertanggung
jawab dalam menentukan dan menanggapi kebutuhan bahasa siswa. Guru juga harus
bisa mengetahui apa yang dibutuhkan siswa dalam belajar. Dengan cara demikian
guru bisa mengetahui motivasi siswa secara induvidu dalam belajar bahasa
sehingga guru bisa merancang kegiatan bahasa yang cocok.
Sebagai konselor, guru diharapkan bisa
memberikan contoh bagaimana seorang pembicara bisa membuat lawan bicaranya
mengerti makksudnya melalui penggunaan paraphrase , konfirmasi dan umpan balik.
Sebagai manajer kegiatan kelompok, guru
bertanggung jawab dalam menciptakan suasana kelas yang komunikatif dalam kelas.
Tanggung jawab guru adalah menjaga situasi agar kegiatan komunikasi tetap
tercipta.
5.
Peranan
Siswa
Peran utama siswa dalam metode komunikatif
adalah sebagai komunikator karena mereka terlibat langsung secara aktif dalam
berkomunikasi baik dengan partisipasi guru maupun tanpa partisipasi guru
didalamnya.
6. Peranan
Bahan ajar
Para praktisi pengajaran bahasa komunikatif
memandang penggunaan materi pelajaran sebagai cara untuk mempengaruhi
kualitas interaksi kelas dan penggunaan
bahasa. Penggunaan metode ini mempertimbangkan tiga macam materi pelajaran,
yaitu materi pelajaran berbasis teks, materi pe;ajaran berbasis tugas, dan
realita.
D. Prosedur
Pengajaran Bahasa Komunikatif
Dalam pengajaran bahasa, teknik yang paling
banyak digunakam adalah penggunaan bahan ajar otentik, permainan bahasa,
rangkaian gambar cerita dan bermain peran, penyelesaian masalah.
Dengan menggunakan bahan ajar otentik yang
dapat diambil dari Koran, majalah junal, internet, guru bisa membahas masalah
yang dibicarakan dalam sumber-sumber tersebut. Materi lain yang bisa digunakan
adalah dialog singkat.
Berikut ini adalah contoh prosedur pengajaran
bahasa asing menggunakan metode komunikatif (disadur dari Finocchiaro dan
Brumfit 1983: 107-8)
1. Pembelajaran
diawali dengan penyajian suatu dialog singkat atau beberapa dialog mini di
dahului oleh motivasi berkaitan dengan situasi dialog terkait
pengalaman-pengalaman yang akan diperoleh para siswa, serta suatu diskusi
mengenai fungsi dan situasi orang,peranan,latar,topic,formalitas atau
informalitas bahasa yang menuntut fungsi dan situasi tersebut.
2. Kemudian
dianjurkan dengan praktik lisan (pengulangan) setiap ucapan bagian dialog yang
disajikan pada hari itu.
3. Selanjutnya
pembelajaran dikembangkan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan dan
jawaban-jawaban tetap berdasarkan topic-topik dialog dan situasiyang ada.
4. Setelah
itu, guru dan murid menelaah dan mengkaji salah satu ekspresi komunikatif dasar
dalam dialog itu atau salah satu struktur yang menunjukakan fungsi tersebut.
5. Kegiatan–kegiatan
produksi lisan bergerak maju dari kegiatanterpimpin menuju kegiatan komunikasi
yang lebih bebas.
6. Setelah
kegiatan latihan lisan, siswa menyalin dialog-dialog atau dialog-dialog mini,
atau modul-modul kalau tidak terdapat atau tertera dalam teks kelas.
7. Sebelum
pembelajaran berakhir, guru memberi contoh tugas pekerjaan rumah secara
tertulis, kalau diperlukan.
8. Akhirnya,
dilakukan evaluasi pembelajaran ( hanya lisan) misalnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
E. Kelebihan
dan Kelemahan Metode Komunikatif
1. Keunggulan
Keunggulan metode ini terletak pada cirri
komunikatifnya itu sendiri. Pendekatan ini menekankan komunikasi sehingga
kelancaran siswa dalam menggunakan bahasa akan cepat tercapai. Kegiatan dalam
kelas tidak berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa sehingga siswa
terlibat aktif dalam berbagai bentuk kegiatan dalam penyelesaian masalah yang
dilakukan secara berpasangan, bertiga atau salam kelompok-kelompok kecil.
2. Kelemahan
Kelemahan dari metode ini terletak pada
penilaiannya. Setiap kesempatan siswa dilibatkan dalam kegiatan yang menekankan
‘’kelancaran” sementara penilaiannya kebanyakan berfokus pada “ketelitian”
Selain kelemahan dalam sistem penilaiannya,
metode ini juga memiliki kelemahan dalam penyediaan authentic material yang
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sulit ditemukan, terutama bahan untuk
istima’[9]
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode komunikatif dikenal juga dengan Pendekatan
Komunikatif (al-Madkhaal al-Ittisahaatiy/comunicative approach) dan Bahasa
Komunikatif. Metode ini mulai berkembang bertepatan dengan terjadinya beberapa
perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di inggris pada tahun 1960-an,
bersamaan dengan ditolaknya pendekatan Metode Audiolingual di Amerika.
Guru dan siswa mempunyai peran yang sangat penting
dalam metode komunitatif. Salah satu peran guru adalah sebagai fasilitator.
Sementara itu murid sebagai komunikator dan negosiator.
Berhasil atau tidaknya metode komunikatif dalam
pembelajaran tergantung pada bagaimana guru dapat menjadikannya sebagai metode
yang bermanfaat atau tidak.
Daftar
Pustaka
Buku prof aziz
P.W.J , Nababan.
Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta: Depdiknas, 1987.
Sumardi, Muljanto (ed), Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran
Bahasa dan Sastra, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Richards, Jack C.,Curriculum Development in Language
Teaching, terjemah Nashir bin 'Abdullah bin Ghali dan Shalih bin Nashir
al-Syuwairikh (Tathwîr Manâhij Ta'lîm al-Lughah), PDF.
Rusydi Ahmad
Thuʻaimah. Taʻlîm al-Arabiyyah li-Ghair al-Nâthiqîn bihâ: Manâhijuh wa
Asâlîbuh, Rabath: ISESCO. 1989
[2] hgsjznla
[3]
Muljanto Sumardi (ed), Berbagai
Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 19.
[4] hkjhbdcjkbCLDJ
[5]
Jack C. Richards, Curriculum Development
in Language Teaching, terjemah Nashir bin 'Abdullah bin Ghalıdan Shalih bin Nashir
al-Syuwairikh: Tathwîr Manâhij Ta'lîm al-Lughah, PDF, h. 64
[6]
Mukhson Nawawi, Landasan Teoretis
Filosofis Metode Pengajaran
Bahasa, Makalah disampaikan pada Muktamar Internasional ADIA di Fakultas
Humaniora dan Budaya UIN Maliki Malang, 12-14 Oktober 2010, hal 108
[7] Dalam Rusydi Ahmad
Thuʻaimah, Taʻlîm al-Arabiyyah li-Ghair al-Nâthiqîn bihâ: Manâhijuh wa Asâlîbuh
(Rabath: ISESCO, 1989), hal. 107.
[8] M bbk
[9] BUKU
PROF AZIZ