Minggu, 13 Mei 2018

Krip krip Tortilla dan Passion

Tentang kelezatan 100℅ jagung asli bikin aku makin cinta menulis

Kalia tau ga ? Klo krip kril tortilla itu snack enak dan menyehatkan buat kita? Udah itu pas banget nemenin aku saat ngerjain tulisannku. Cekidot yaa di video aku yang satu ini

https://youtu.be/GHPQtFAT7Vw

Kamis, 19 Mei 2016

Makalah Pendekatan (Metode) Komunikatif






BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejak tahun 1970-an, pandangan struktural dan audiolingual mengenai pendekatan dalam pembelajaran bahasa mulai tergeser oleh pendekatan baru, yaitu pendekatan komunikatif. Asumsi belajar bahasa yang ditawarkan oleh pendekatan komunikatif adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa di sekolah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi lisan dan tulisan. Bahasa sebagai sarana komunikasi digunakan dalam beragam fungsi dan disajikan dalam konteks yang bermakna, tidak dalam bentuk kalimat lepas sehingga mampu mewujudkan orientasi belajar-mengajar bahasa yang berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi.[1]
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memeberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan pendekatan komunikatif yang dipakai oleh guru-guru di sekolah-sekolah dalam, khususnya dalam pembelajaran bahasa arab.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas saat ini adalah sebagai berikut :
1.      Latar belakang metode komunikatif
2.      Pendekatan komunikatif
3.      Desain metode komunikatif
4.      Prosedur pengajaran bahasa komunikatif
5.      Keunggulan dan kelemahan metode komunikatif  





BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Munculnya Metode Komunikatif
Metode komunikatif dikenal juga dengan Pendekatan Komunikatif (al-Madkhaal al-Ittisahaatiy/comunicative approach) dan Bahasa Komunikatif. Metode ini mulai berkembang bertepatan dengan terjadinya beberapa perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di inggris pada tahun 1960-an, bersamaan dengan ditolaknya pendekatan Metode Audiolingual di Amerika.
Para praktisi merasa tidak puas karena para pelajar, setelah belajar beberapa tahun, tetap belum lancar berkomunikasi dalam bahasa target. Sedangkan para ahli linguistik mengecam dari sisi landasan teoritis. Seperti diketahui, pendekatan audiolungual didasarkan atas teori bahasa strukturalisme dan behaviorisme.tokoh linguistik Amerika Serikat, pencetus teori bahasa transformasi generatif, Noam Chomsky, mengecam strukturalisme karena ia tidak mampu menunjukan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan makna, tidak mampu menunjukan hubungan antar kalimat, hanya menyentuh struktur luar. Kenyataan bahwa kalimat-kalimat yang pola dan struktur luarnya sama, ternyata mempunya makna yang berbeda.[2]
Chomsky juga mengkritisi teori psikologi behavior dan menyatakan bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor dari luar (eksternal), tetapi juga faktor dari dalam (internal). Sebab, setiap manusia memiliki kemampuan belajar bahasa yang dibawa sejak lahir yang disebut dengan jihâz iktisâb al-lughah atau Language Acquistion Device (LAD). Menurut Chomsky, proses belajar bahasa adalah proses pembentukan kaidah (rule formation process), bukan proses pembentukan kebiasaan (habit formation process). Ia berpendapat bahwa manusia memiliki apa yang disebut “innate capacity”, suatu kemampuan untuk memahami dan menciptakan ungkapan-ungkapan baru.[3]
Pada tahun-tahun berikutnya, muncullah nama-nama seperti Wilkins(1976), Widdoson (1978), Candlin (1976, Brumfit (1979), Savigon (1972), dan Littlewood(1981), yang semuanya memberikan pengaruh terhadap perkembangan teori – teori dan gagasan-gagasan komunikatif dalam pengajaran bahasa.
Penerapan teori dan gagasan serta prinsip-prinsip komunikatif yang dituangkan dalam buku teks cepat sekali mendapat sambutan baik di kalangan para ahli pendidikan bahasa. Pendekatan dengan penekanan pada prinsip-prinsip komunikasi sebagai tujuan utama dalam pengajaran bahasa ini akhirnya disebut sebagai pendekatan komunikatif atau pengajaran bahasa komunikatif.[4]
Lahirnya metode komunikatif merupakan hasil dari sejumlah kajian tentang pemerolehan bahasa dan berbagai penelitian mengenai pengajaran bahasa di Eropa dan Amerika. Meskipun terdapat variasi dalam penerapannya, metode komunikatif tetap mempertahankan karakteristik dasarnay, yaitu: a) kesenjangan informasi, b) pilihan, c) umpan balik, dan d) bahan ajar otentik.

B.     Pendekatan Komunikatif
Pada dasarnya, pendekatan komunikatif adalah pendekatan pembelajaran bahasa yang lebih menekankan pembelajaran pada penguasaan kecakapan berbahasa daripada penguasaan struktur bahasa.[5]
1.      Hakikat Bahasa
Metode ini berlandas pada teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Dengan demikian tujuan pengajaran bahasa adalah mengembangkan apa yang disebut oleh hymes sebagai kopetensi komunikatif, yaitu kemampuan menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan dan dalam berbagai situasi dan kondisi (kharma, 1988:183). Dengan demikian penggunann bahasa tidak hanya terbatas pada empat keterampilan berbahasa, tetapi mencangkup beberapa kemampuan dalam kerangka komunikasi yang luas, sesuai dengan kemampuan dalam peran dan partisipasi situasi dan interaksi.
            Bagi Chomsky, fokus teori linguistik adalah kermengkarakteristikkan kemampuan abstrak yang dimilik oleh para penutur yang memudahkan mereka menghasilkan kalimat-kalimat yang baik dan benar secara
Berbeda dengan Chomsky yang menekankan pada gramatika, Halliday (1973) mendefinisikan bahasa sebagai potensi makna, yakni seperangkat pilihan makna yang tersedia pada penutur-petutur dalam konteks sosial. Bagi Halliday, bahasa merupakan sarana yang memiliki fungsi di masyarakat. [6]
Adapun fungsi bahasa yang dimaksud menurut Halliday adalah:
1. Fungsi instrumental, yaitu menggunakan bahasa untuk memperoleh sesuatu.
2. Fungsi regulatori, yaitu menggunakan bahasa untuk mengontrol perilaku
orang lain.
3. Fungsi interaksional, yaitu menggunakan bahasa untuk menciptakan interaksi dengan orang lain.
4. Fungsi personal, yaitu menggunakan bahasa untuk mengungkapkan perasaan dan makna.
5. Fungsi heuristik, yaitu menggunakan bahasa untuk belajar dan menemukan makna.
6. Fungsi imajinatif, yaitu menggunakan bahasa untuk menciptakan dunia imajinasi.
7. Fungsi representasional, yaitu menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi.[7]

2.      Hakikat Pembelajaran
Teori pembelajaran bahasa yang melandasi metode ini dapat dilihat dari praktik pelaksanannya. Menurut Richards dan Rodgers ada tiga prinsip pengajarn bahasa yang melandasi metode ini, yaitu:
a.        Prinsip komunikasi (mabda’ al-ittishal/ communication principle) yang menyatakan bahwa semua kegiatan bahasa yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan komunikasi yang sebenarnya bisa mempermudah terjadinya proses pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi dan kemampuan berkomunikasi merupakan tujuan yang paling utama.
b.      Prinsip tugas (mabda’ al-muhimmat/task principle) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik apabila kegiatan-kegiatan berbahasa ditujukan kepada penyelesaian tugas-tugas yang bermakna.
c.       Prinsip kebermaknaan (mabda’ al-ma’nawiyah/meaningfulness principle) yang menyatakan bahwa bahasa yang digunakan harus bisa memberi makna kepada siswa untuk mendukung berlangsungnya proses pembelajaran.[8]
Makna yang terkandung dalam pembelajaran sangatlah penting, orang karena itu guru harus mengatur dengan berbagai cara agar pembelajaran menjadi suatu hal yang bermakna bagi siswa.

C.     Desain Metode Komunikatif
Desain pengajaran bahasa secara komunikatif meliputi tujuan pembelajaran, silabus, aktivitas belajar mengajar, dan peran siswa, guru, dan bahan ajar.
1.      Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran bahasa pendekatan komunikatif adalah mengantarkan siswa menuju pencapaian kompetensi berbahasa dalam berbagai situasi. Menurut Canale & Swain (1980), tujuan pengajaran bahasa komunikatif adalah memberikan siswa informasi, praktik, dan pengalaman yang diperlukan untuk kepentingan komunikasinya. Pengajaran bahasa secara komunikatif dapat membangkitkan kemampuan mencipta kalimat-kalimat gramatika, kemampuan memasukkan aspek pragmatik ke dalam keterampilan berbahasa, dan kemampuan menyesuaikan ujaran dengan komunikasi.
2.      Model Silabus
Silabus yang ideal untuk kelas kelas yang menggunakan metode komunikatif yaitu silabus yang mempunyai 10 unsur, yaitu : tujuan, latar, peranan, peristiwa-peristiwa komunikatif , fungsi bahasa, nosi-nosi ( ide gagasan), wacana dan keterampilan retorik, varietas, isi/ bobot gramatikal, dan isi/bobot leksikal.
3.      Jenis Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan metode komunikatif tidak dibatasi atau tidak ditentukan secara kaku selama jenis kegiatan pembelajaran dan latihannya berorientasi pada pencapaian tujuan komunikatif.
Kegiatan seperti ini meliputi kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa berpartisipasi dalam proses komunikasi seperti saling memberi informasi dan saling menjelaskan maksud. Kegiatan siswa harus berfokus pada makna ( ma’na/content) bukan pada bentuk (syakl/form). Siswa sebaiknya menggunakan beragam bahasa tidak hanya satu struktur bahasa. Dan guru tidak mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung.
4.      Peranan Guru
Dalam metode komunikatif, sebagai fasilitator, yakni membantu mempermudah jalannya komunikasi, guru juga berperan sebagai analisis kebutuhan,manajer kegiatan kelompok,penasihat dan sebagai penghubung.
Sebagai seorang analisis. Guru bertanggung jawab dalam menentukan dan menanggapi kebutuhan bahasa siswa. Guru juga harus bisa mengetahui apa yang dibutuhkan siswa dalam belajar. Dengan cara demikian guru bisa mengetahui motivasi siswa secara induvidu dalam belajar bahasa sehingga guru bisa merancang kegiatan bahasa yang cocok.
Sebagai konselor, guru diharapkan bisa memberikan contoh bagaimana seorang pembicara bisa membuat lawan bicaranya mengerti makksudnya melalui penggunaan paraphrase , konfirmasi dan umpan balik.
Sebagai manajer kegiatan kelompok, guru bertanggung jawab dalam menciptakan suasana kelas yang komunikatif dalam kelas. Tanggung jawab guru adalah menjaga situasi agar kegiatan komunikasi tetap tercipta.
5.      Peranan Siswa
Peran utama siswa dalam metode komunikatif adalah sebagai komunikator karena mereka terlibat langsung secara aktif dalam berkomunikasi baik dengan partisipasi guru maupun tanpa partisipasi guru didalamnya.
6.      Peranan Bahan ajar
Para praktisi pengajaran bahasa komunikatif memandang penggunaan materi pelajaran sebagai cara untuk mempengaruhi kualitas  interaksi kelas dan penggunaan bahasa. Penggunaan metode ini mempertimbangkan tiga macam materi pelajaran, yaitu materi pelajaran berbasis teks, materi pe;ajaran berbasis tugas, dan realita.

D.    Prosedur Pengajaran Bahasa Komunikatif
Dalam pengajaran bahasa, teknik yang paling banyak digunakam adalah penggunaan bahan ajar otentik, permainan bahasa, rangkaian gambar cerita dan bermain peran, penyelesaian masalah.
Dengan menggunakan bahan ajar otentik yang dapat diambil dari Koran, majalah junal, internet, guru bisa membahas masalah yang dibicarakan dalam sumber-sumber tersebut. Materi lain yang bisa digunakan adalah dialog singkat.
Berikut ini adalah contoh prosedur pengajaran bahasa asing menggunakan metode komunikatif (disadur dari Finocchiaro dan Brumfit 1983: 107-8)
1.      Pembelajaran diawali dengan penyajian suatu dialog singkat atau beberapa dialog mini di dahului oleh motivasi berkaitan dengan situasi dialog terkait pengalaman-pengalaman yang akan diperoleh para siswa, serta suatu diskusi mengenai fungsi dan situasi orang,peranan,latar,topic,formalitas atau informalitas bahasa yang menuntut fungsi dan situasi tersebut.
2.      Kemudian dianjurkan dengan praktik lisan (pengulangan) setiap ucapan bagian dialog yang disajikan pada hari itu.
3.      Selanjutnya pembelajaran dikembangkan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tetap berdasarkan topic-topik dialog dan situasiyang ada.
4.      Setelah itu, guru dan murid menelaah dan mengkaji salah satu ekspresi komunikatif dasar dalam dialog itu atau salah satu struktur yang menunjukakan fungsi tersebut.
5.      Kegiatan–kegiatan produksi lisan bergerak maju dari kegiatanterpimpin menuju kegiatan komunikasi yang lebih bebas.
6.      Setelah kegiatan latihan lisan, siswa menyalin dialog-dialog atau dialog-dialog mini, atau modul-modul kalau tidak terdapat atau tertera dalam teks kelas.
7.      Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberi contoh tugas pekerjaan rumah secara tertulis, kalau diperlukan.
8.      Akhirnya, dilakukan evaluasi pembelajaran ( hanya lisan) misalnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

E.     Kelebihan dan Kelemahan Metode Komunikatif
1. Keunggulan
Keunggulan metode ini terletak pada cirri komunikatifnya itu sendiri. Pendekatan ini menekankan komunikasi sehingga kelancaran siswa dalam menggunakan bahasa akan cepat tercapai. Kegiatan dalam kelas tidak berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam berbagai bentuk kegiatan dalam penyelesaian masalah yang dilakukan secara berpasangan, bertiga atau salam kelompok-kelompok kecil.
2.  Kelemahan
Kelemahan dari metode ini terletak pada penilaiannya. Setiap kesempatan siswa dilibatkan dalam kegiatan yang menekankan ‘’kelancaran” sementara penilaiannya kebanyakan berfokus pada “ketelitian”
Selain kelemahan dalam sistem penilaiannya, metode ini juga memiliki kelemahan dalam penyediaan authentic material yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sulit ditemukan, terutama bahan untuk istima’[9]







 










BAB 3
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Metode komunikatif dikenal juga dengan Pendekatan Komunikatif (al-Madkhaal al-Ittisahaatiy/comunicative approach) dan Bahasa Komunikatif. Metode ini mulai berkembang bertepatan dengan terjadinya beberapa perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di inggris pada tahun 1960-an, bersamaan dengan ditolaknya pendekatan Metode Audiolingual di Amerika.
Guru dan siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam metode komunitatif. Salah satu peran guru adalah sebagai fasilitator. Sementara itu murid sebagai komunikator dan negosiator.
Berhasil atau tidaknya metode komunikatif dalam pembelajaran tergantung pada bagaimana guru dapat menjadikannya sebagai metode yang bermanfaat atau tidak.


 
















Daftar Pustaka
*      Buku prof aziz
*      P.W.J , Nababan. Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta: Depdiknas, 1987.
*      Sumardi, Muljanto (ed), Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
*      Richards, Jack C.,Curriculum Development in Language Teaching, terjemah Nashir bin 'Abdullah bin Ghali dan Shalih bin Nashir al-Syuwairikh (Tathwîr Manâhij Ta'lîm al-Lughah), PDF.
*      Rusydi Ahmad Thuʻaimah. Taʻlîm al-Arabiyyah li-Ghair al-Nâthiqîn bihâ: Manâhijuh wa Asâlîbuh, Rabath: ISESCO. 1989










[1] Nababan, P.W.J., Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya (Jakarta: Depdiknas, 1987), h. 71.

[2] hgsjznla
[3] Muljanto Sumardi (ed), Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 19.

[4] hkjhbdcjkbCLDJ
[5] Jack C. Richards, Curriculum Development in Language Teaching, terjemah Nashir bin 'Abdullah bin Ghalıdan Shalih bin Nashir al-Syuwairikh: Tathwîr Manâhij Ta'lîm al-Lughah, PDF, h. 64

[6] Mukhson Nawawi, Landasan Teoretis Filosofis Metode Pengajaran Bahasa, Makalah disampaikan pada Muktamar Internasional ADIA di Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maliki Malang, 12-14 Oktober 2010, hal 108

[7] Dalam Rusydi Ahmad Thuʻaimah, Taʻlîm al-Arabiyyah li-Ghair al-Nâthiqîn bihâ: Manâhijuh wa Asâlîbuh (Rabath: ISESCO, 1989), hal. 107.

[8] M bbk
[9] BUKU PROF AZIZ